Wednesday, 14 October 2015

Agatha Christie - Lapangan Golf Maut - BAB DUA PULUH LIMA

BAB DUA PULUH LIMA
PENYELESAIAN YANG TAK TERDUGA


Esok paginya kami hadir pada pemeriksaan Jack Renauld, aku sangat terkejut melihat perubahan pada diri tahanan muda itu, dalam waktu sesingkat itu. Pipinya jadi cekung, sekeliling matanya berwarna hitam, dan dia pucat serta kelihatan loyo, seperti seorang yang sudah beberapa malam tak berhasil dalam usahanya untuk tidur. Dia tidak memperlihatkan emosi apa pun waktu melihat kami.
Orang tahanan itu dan pembelanya, Maitre Grower diberi kursi. Seorang pengawal yang bertubuh besar lengkap dengan pedangnya berdiri di depan pintu. Juru tulis duduk di mejanya dengan sabar. Pemeriksaan pun dimulai.
"Renauld," Hakim mulai, "apakah Anda menyangkal bahwa Anda berada di Merlinville pada malam kejadian kejahatan itu?"
Jack tidak langsung menjawab, kemudian baru dia menjawab dengan ragu sekali, "Su — sudah saya katakan bahwa — saya berada di Cherbourg." Maitre Grosier mengerutkan alisnya dan mendesah.
Aku segera menyadari bahwa Jack Renauld akan mempertahankan niatnya untuk menjalani perkaranya menurut kehendaknya sendiri. Hal itu membuat pembelanya merasa putus asa. Hakim melihat padanya dengan tajam.
"Bawa kemari saksi dari stasiun." Sebentar kemudian pintu terbuka dan masuklah seorang laki-laki yang sudah kukenal sebagai kepala pekerja di stasiun Merlinville.
"Anda bertugas pada malam tanggal tujuh Juni?"
"Ya. Pak."
"Lihatlah orang tahanan itu. Apakah Anda mengenalinya sebagai salah seorang penumpang yang turun dari kereta api?"
"Ya, Pak Hakim."
"Apakah tak mungkin Anda keliru?"
"Tidak, Pak, saya kenal betul pada Tuan Jack Renauld."
"Juga tidak mungkin keliru mengenai tanggalnya?"
"Tidak, Pak. Karena esok paginya, tanggal delapan Juni, kami mendengar tentang pembunuhan itu." Seorang pegawai kereta api lain dibawa masuk dan membenarkan kesaksian orang yang pertama.
Hautet melihat pada Jack Renauld."Kedua orang ini sudah mengenali Anda dengan positif. Bagaimana keterangan Anda?"
'Tak ada." Tuan Hautet berpandangan dengan juru tulis, sementara tangan juru tulis itu terus menuliskan jawaban-jawaban.
"Renauld," sambung Hakim, "apakah Anda kenali benda ini?"Dia mengambil sesuatu dari meja di sampingnya dan menunjukkannya pada tahanan itu. Aku bergidik waktu mengenali pisau belati yang terbuat dari kawat pesawat terbang itu.
"Maaf," seru Maitre Grosier. "Saya minta waktu untuk berbicara dengan klien saya sebelum dia menjawab pertanyaan itu." Tetapi Jack Renauld tidak menimbang perasaan Grosier yang kebingungan itu. Jack menepiskan pengacaranya itu, lalu menjawab dengan tenang, "Tentu saya kenal. Itu hadiah yang saya berikan pada ibu saya, sebagai tanda mata."
"Apakah sepanjang pengetahuan Anda, ada duplikat pisau belati ini? " Maitre Grosier sekali lagi terpekik, dan sekali lagi Jack mendahuluinya.
"Saya tak tahu. Bentuk pisau itu rancangan saya sendiri." Hakim sendiri pun kelihatan terperanjat oleh keterusterangan jawaban itu.
Memang benar, bila dikatakan, bahwa Jack seolah-olah ingin mempercepat penentuan nasibnya. Aku tentu mengerti, bahwa, demi Belia, dia merasa perlu sekali menyembunyikan kenyataan adanya duplikat pisau belati itu. Selama orang masih beranggapan bahwa hanya ada satu senjata itu, tidak akan ada kecurigaan yang bisa ditujukan padrgadis yang memiliki pisau pembuka surat yang kedua. Dengan penuh keberanian dia melindungi wanita yang pernah dicintainya itu — tapi betapa hebatnya hal itu mengancam dirinya sendiri.
Aku mulai menyadari betapa pentingnya tugas Poirot, yang semula kuanggap remeh itu. Tidaklah akan mudah untuk menjamin pembebasan Jack Renauld tanpa berdasarkan kebenaran.Dengan nada suara yang tajam, Tuan Hautet berbicara lagi, "Nyonya Renauld mengatakan pada kami bahwa pisau belati ini terletak di meja hiasnya pada malam terjadinya kejahatan itu. Tapi Nyonya Renauld memang seorang ibu sejati! Anda pasti akan terkejut sekali, Renauld, tapi saya rasa mungkin sekali Nyonya Renauld keliru, dan mungkin pula karena kelalaian Anda, pisau itu lalu terbawa oleh Anda ke Paris. Anda pasti akan menyangkal saya —"
Kulihat anak muda itu mengepalkan kedua belah tangannya yang terborgol kuat-kuat. Keringat di dahinya besar-besar, dan dengan usaha yang luar biasa dia memotong bicara Tuan Hautet dengan suara parau, "Saya tidak akan menyangkal Anda. Itu mungkin saja terjadi." Hal itu mencengangkan sekali. Mattre Grosier terlonjak bangkit, dia memprotes.
"Klien saya sedang mengalami ketegangan saraf yang cukup besar. Saya minta supaya dicantumkan pada catatan Anda, bahwa menurut saya dia tak bisa bertanggung jawab atas apa yang dikatakannya."
Hakim menatapnya dengan marah. Sesaat suatu keraguan muncul di benaknya sendiri. Jack Renauld memang boleh dikatakan telah melampaui batas. Dia membungkuk dan memandang orang tahanan dengan penuh selidik, "Apakah Anda mengerti betul, Renauld, bahwa berdasarkan jawaban yang Anda berikan saya tak punya alasan lain kecuali menyeret Anda ke sidang pengadilan?"
Wajah Jack yang pucat menjadi merah padam. Dia membalas pandangan Hakim tanpa berkedip."Tuan Hautet, saya bersumpah bahwa saya tidak membunuh ayah saya." Tapi, keraguan Hakim yang sesaat tadi telah berlalu. Dia tertawa sebentar, tawa yang tak enak didengar, "Tentu, tentu, — orang-orang tahanan kami selamanya tak bersalah. Gara-gara mulut Anda sendiri, Anda dipersalahkan. Anda tak bisa lagi membela diri, Anda tak ada alibi — sekadar suatu bantahan yang oleh seorang bayi sekalipun tak dapat diyakini! — bahwa Anda tak bersalah. Anda telah membunuh ayah Anda, Renauld — suatu pembunuhan kejam oleh seorang pengecut — demi uang yang menurut sangka Anda akan menjadi milik Anda bila beliau meninggal. Ibu Anda ikut bersalah dalam hal ini. Tapi menimbang, bahwa beliau telah bertindak sebagai seorang ibu, maka pengadilan pasti akan bersikap lunak terhadapnya, dan tidak akan mengaitkannya dengan Anda. Dan tindakan itu tepat sekali. Perbuatan Anda itu kejam sekali — dan menjijikkan baik bagi dewa-dewa maupun bagi manusia!" Tuan Hautet memanfaatkan waktunya dengan baik, didukung oleh suasana waktu itu, dan perannya sendiri sebagai wakil dari keadilan. "Anda telah membunuh — dan Anda harus mendapatkan ganjaran sebagai akibat perbuatan itu. Saya berbicara dengan Anda, bukan sebagai laki-laki biasa, melainkan sebagai Badan keadilan, keadilan abadi, yang —" Kata-kata Tuan Hautet itu mendapat gangguan karena pintu terbuka — alangkah jengkelnya dia.
"Bapak Hakim, Bapak Hakim," kata seorang petugas dengan gugup, "di luar ada seorang wanita yang berkata — yang berkata —"
"Yang berkata apa?" bentak Hakim dengan marah. "Ini benar-benar menyalahi aturan. Saya tidak akan membiarkannya —" Sesosok tubuh yang mungil mendesak agen polisi itu ke samping. Dengan berpakaian hitam seluruhnya, dengan sehelai cadar panjang yang menyembunyikan wajahnya, dia masuk ke dalam kamar.
Jantungku berdebar demikian hebatnya hingga terasa nyeri. Rupanya dia datang juga. Semua usaha sia - sia. Namun, mau tak mau aku mengagumi keberaniannya yang menyebabkannya telah mengambil langkah ini tanpa ragu. Diangkatnya cadarnya — dan napasku tersengal. Karena meskipun dia bagai pinang dibelah dua, gadis ini bukanlah Cinderella.
Kini, tanpa rambut palsunya yang berwarna pirang yang dipakainya di pentas, aku mengenalinya sebagai gadis di foto yang terdapat di kamar Jack Renauld.
"Apakah Anda hakim pemeriksanya, Tuan Hautet?"  tanyanya.
"Benar, tapi saya melarang —"
"Nama saya Belia Duveen. Saya menyerahkan diri atas pembunuhan Tuan Renauld."



0 comments:

Post a Comment