Monday, 12 October 2015

Agatha Christie - Lapangan Golf Maut - BAB DUA PULUH TIGA

BAB DUA PULUH TIGA
MENGHADAPI KESULITAN


Setelah menghadapi tekanan seperti yang kulukiskan tadi, pasti akan terjadi suatu reaksi. Malam itu aku pergi tidur dengan perasaan menang, tapi aku bangun dengan kesadaran bahwa aku sama sekali belum terlepas dari kesulitan. Memang benar, aku tidak melihat adanya kelemahan dalam alibi yang tiba-tiba saja bisa kuciptakan. Asal aku bertahan saja pada ceritaku itu, dan aku tak melihat kemungkinan kita akan bisa ditahan dengan alibi yang sebaik itu. Tak dapat diragukan lagi tentang lamanya sudah persahabatan antara aku dan Poirot, sehingga orang tidak akan bisa curiga bahwa aku mengangkat sumpah palsu.
Memang bisa dibuktikan bahwa aku sebenarnya memang baru pada tiga kesempatan bertemu dengan gadis itu. Tetapi, tidak, aku tetap merasa puas dengan gagasanku — tidakkah Poirot sendiri sudah mengakui bahwa dia merasa kalah? Tapi justru dalam hal itu aku merasa semangatku menjadi lemah. Memang sahabatku yang kecil itu untuk sementara mengakui dirinya tak bisa berbuat apa - apa. Tapi aku sudah terlalu mengenalnya dan mengakui kepandaiannya, hingga aku tak percaya bahwa dia akan merasa puas untuk tetap berada dalam keadaan itu. Aku memang mengakui bahwa kecerdasanku jauh kurangnya dan tidak akan bisa menandingi kecerdasannya. Poirot tidak akan mau duduk berpangku tangan dan mengaku kalah. Entah dengan cara bagaimana dia pasti akan berusaha mengadakan pembalasan atas diriku, dan hal itu biasanya dilakukannya dengan cara serta pada saat yang sama sekali tak kusangka.
Esok paginya kami bertemu waktu sarapan seolah-olah tak terjadi.apa-apa. Sikapnya yang baik tak berubah, namun aku rasanya melihat suatu bayangan keterbatasan dalam sikapnya. Itu suatu hal yang baru. Setelah sarapan kuberitahukan padanya bahwa aku bermaksud untuk pergi berjalan-jalan. Suatu pandangan yang jahat terpancar dari mata Poirot.
"Bila kau ingin mencari informasi, kau tak perlu bersusah-payah mengotori dirimu. Aku bisa menceritakan apa saja yang ingin kauketahui. The Dulcibella Sisters telah membatalkan kontrak mereka, dan telah pergi meninggalkan Coventry untuk tak diketahui."
"Benarkah begitu, Poirot?"
"Percayalah padaku, Hastings. Aku mencari informasi pagi-pagi tadi. Habis, apa lagi yang kau harapkan?"
Memang benar, dalam keadaan seperti ini tak ada lain yang dapat kuharapkan. Cinderella telah . memanfaatkan dengan baik jalan keluar yang telah kubukakan sedikit baginya, dan dia tentu tak ingin kehilangan kesempatan barang sedikit pun untuk melepaskan dirinya dari jangkauan orang yang mengejarnya. Memang itulah niatku dan yang kurencanakan. Namun demikian, aku menyadari bahwa aku telah terperangkap dalam jaringan kesulitan baru.
Sama sekali tak ada jalan bagiku untuk berhubungan dengan gadis itu, padahal dia perlu sekali tahu cara pembelaan yang telah kurencanakan dan yang sudah siap untuk kulaksanakan. Tentu saja ada kemungkinannya gadis itu mengirim berita padaku dengan suatu cara, tapi rasanya juga tak mungkin. Dia tentu tahu bahayanya pesan itu akan diserobot oleh Poirot. Dengan demikian Poirot akan bisa mengetahui jejaknya lagi. Jelas sudah bahwa satu-satunya jalan keluar baginya adalah menghilang sama sekali untuk sementara.
Tetapi sementara itu, apakah yang akan dilakukan Poirot? Kuamati dia dengan saksama. Dia bersikap lugu sekali, dan dia menatap ke suatu tempat yang jauh dengan merenung. Dia begitu tenang dan tak bergairah, hingga aku tak bisa mendapatkan kesimpulan apa-apa. Mengenai Poirot ini aku sudah berpengalaman, bahwa makin lugu dia kelihatannya makin berbahaya dia. Kediamannya membuatku takut. Melihat pandanganku yang mengandung ketakutan, dia tersenyum dengan ramah.
"Kau merasa heran, Hastings? Kau ingin tahu mengapa aku tidak terbirit - birit mengejarnya?"
"Yah — begitulah."
"Kau pun akan berbuat demikian pula bila kau berada di tempatku. Aku mengerti itu. Tapi aku bukan orang yang suka pergi hilir-mudik di seluruh  negeri hanya untuk mencari sebatang jarum dalam tumpukan rumput, kata pepatah Inggris. Tidak — biarkanlah Nona Belia Duveen pergi. Aku pasti akan bisa menemukannya kembali bila waktunya sudah tiba. Sampai waktu itu tiba, biarlah aku menunggu saja."
Aku menatapnya dengan penuh kesangsian. Apakah dia sedang menyesatkan aku. Pada saat ini, aku punya perasaan jengkel, bahwa dia berada di tempat yang kuat. Perasaan mengenai kelebihan diriku makin lama makin susut. Aku telah mengusahakan pembebasan diri gadis itu, dan telah mengatur suatu rencana- yang cemerlang untuk, menyelamatkannya dari akibat-akibat perbuatannya yang gegabah — namun pikiranku tak bisa tenang. Ketenangan Poirot itu menimbulkan kekuatiranku.
"Kurasa, Poirot," kataku agak malu-malu. "aku tak boleh menanyakan rencanamu, bukan? Aku tentu telah kehilangan hakku untuk itu."
"Sama sekali tidak. Tak ada rahasianya sama sekali. Kita harus segera kembali ke Prancis."
"Kita"
"Benar — kita! Kau sendiri tahu betul bahwa kau sama sekali tak bisa melepaskan Papa Poirot dari pananganmu. Begitu, bukan, Sahabatku? Tapi kalau kau memang ingin, tinggallah di Inggris ini."
Aku menggeleng. Dia telah mengatakan yang sebenarnya. Aku memang tak bisa dan tak mau dia lepas dari pandanganku. Meskipun setelah apa yang terjadi, aku tak bisa lagi mengharapkan keterbukaannya terhadap diriku, aku masih tetap bisa membatasi geraknya. Satu - satunya bahaya yang mengancam Belia adalah Poirot. Baik Giraud maupun polisi
Prancis tak peduli akan kehadirannya. Apa pun yang terjadi, aku harus tetap berada di dekat Poirot.
Poirot mengamati diriku sedang pikiran-pikiran itu memenuhi otakku, dan dia lalu mengangguk tanda puas "Aku benar, bukan? Dan karena besar kemungkinannya kau akan mengikuti diriku, mungkin dengan menyamar dengan memakai macam-macam yang tak masuk akal, seperti janggut palsu umpamanya — sebagaimana yang banyak dilakukan orang, bten entendu — aku lebih suka kalau kita bepergian bersama-sama. Aku akan jengkel bila ada orang mengejekmu."
"Baiklah, kalau begitu. Tapi harus ku peringatkan padamu —"
"Aku tahu. Aku sudah tahu semua, Kau adalah musuhku! Baiklah, jadilah musuhku. Aku sama sekali tak takut."
"Selama semuanya jujur dan bisa dipercava, aku tak keberatan."
"Kau memang punya hasrat besar khas bangsa Inggris mengenai 'permainan yang jujur'! Sekarang, setelah semua keberatan-keberatanmu diatasi, mari kita segera berangkat. Kita tak boleh membuang-buang waktu. Kehadiran kita di Inggris ini memang tak lama tapi memuaskan. Aku sudah tahu, apa yang ingin kuketahui."
Nada bicaranya memang ringan, tapi aku bisa mendengar suatu ancaman terselubung dalam kata-kata itu.
"Meskipun demikian —" aku mulai, lalu aku berhenti.
"Meskipun demikian — katamu! Kau pasti merasa puas dengan peran yang sudah kaumainkan. Sedang aku, aku akan memusatkan pikiran dan perhatianku pada Jack Renauld."
Jack Renauld. Nama itu membuatku terkejut. Aku sudah lupa sama sekali pada segi itu dalam perkara ini. Jack Renauld yang berada dalam penjara, dengan dibayangi oleh kapak pemenggal kepala. Kini aku melihat peran yang kumainkan dari segi yang lebih suram. Aku memang bisa menyelamatkan Belia, tapi dengan demikian aku mungkin menyeret seseorang yang tak bersalah ke kematiannya.
Pikiran itu kusingkirkan dengan rasa ngeri. Tak mungkin. Dia akan dibebaskan. Dia pasti akan dibebaskan. Namun rasa takut yang hebat itu melandaku lagi. Kalau dia tidak dibebaskan? Bagaimana? Apakah akan demikian akhirnya? Harus ada suatu pilihan. Belia atau Jack Renauld? Dengan setiap detak jantungku, aku memilih untuk menyelamatkan gadis itu. Aku mencintainya apa pun yang terjadi atas diriku. Tetapi bila yang akan menjadi korban itu orang lain, masalahnya akan berubah. Apa yang akan dikatakan gadis itu sendiri? Aku ingat bahwa aku sama sekali tidak mengatakan apa-apa tentang penahanan atas diri Jack Renauld. Jadi dia sama sekali tak tahu bahwa bekas kekasihnya berada dalam penjara atas tuduhan melakukan pembunuhhan yang kejam, yang sebenarnya tidak dilakukannya. Bila
dia sampai tahu, apa yang akan dilakukannya? Akan dibiarkannyalah nyawanya sendiri diselamatkan dengan mengorbankan pria itu? Jelas dia tak boleh melakukan sesuatu dengan gegabah.
Jack Renauld mungkin bisa dan barangkali akan dibebaskan tanpa campur tangan gadis itu. Bila begitu keadaannya, baik sekali. Tapi bila Jack Renauld tidak dibebaskan. Itulah masalah yang mengerikan, yang tak ada jawabnya. Kurasa Belia tidak terancam hukuman terlalu berat. Sifat kejahatan Bella lain sekali. Dia bisa membela diri dengan mengajukan alasan rasa cemburu dan serangan amarah yang hebat, sedang usia mudanya dari
kecantikannya akan lebih banyak lagi menolong. Bahwa gara-gara kekeliruan yang menyedihkan, Tuan Renauld tua yang harus mendapat ganjarannya dan bukan putranya, tidak akan mengubah alasan kejahatan itu. Tapi bagaimanapun juga, betapapun lunaknya putusan pengadilan, masih tetap akan berarti hukuman penjara yang lama. Tidak, Belia harus dilindungi. Dan, Jack Renauld ? pun harus diselamatkan pula. Bagaimana keduanya itu harus dilaksanakan, aku masih belum melihat titik terangnya. Tapi aku mendambakan kepercayaan pada Poirot. Dia pasti tahu. Apa pun yang mungkin terjadi, dia akan berhasil menyelamatkan
seorang yang tak bersalah. Dia pasti bisa menemukan suatu dalih yang lain dari keadaan sebenarnya. Itu mungkin sulit, tapi dia pasti akan berhasil. Dan bila Belia bebas dari tuduhan, sedang jack Renauld dibebaskan, maka —. segalanya akan berakhir dengan menyenangkan. Demikianlah aku berulang kali menenangkan diriku, tapi jauh di lubuk hatiku masih tetap ada rasa takut yang mengerikan itu.

0 comments:

Post a Comment