Thursday, 8 October 2015

Agatha Christie - Lapangan Golf Maut - BAB SEMBILAN BELAS

BAB SEMBILAN BELAS
AKU MENGGUNAKAN SEL - SEL KELABUKU


Aku terdiam. Sampai saat terakhir aku masih tak berhasil memaksa diriku untuk percaya bahwa Jack Renauld bersalah. Kusangka aku akan mendengar pernyataan tegasnya bahwa dia sama sekali tak bersalah waktu Poirot bertanya tadi. Tetapi kini, melihatnya berdiri di situ, dalam keadaan pucat dan lunglai bersandar pada dinding, dan mendengar kata-katanya yang tidak membela dirinya itu, aku tak lagi ragu. Tetapi Poirot berpaling pada Giraud.
"Apa alasan-alasan Anda untuk menahannya?"
"Apakah Anda sangka saya akan mau memberitahukannya pada Anda?"
"Sekadar basa-basi, saya memang mengharapkannya." Giraud melihat padanya dengan ragu. Dia ragu memilih, antara keinginannya untuk menolaknya dengan kasar, dan kesenangannya menunjukkan kemenangannya pada lawannya.
"Saya rasa Anda menganggap bahwa saya keliru, bukan?" cemoohnya.
"Saya tidak merasa heran," sahut Poirot dengan nada benci. Wajah Giraud bertambah merah. " Eh hien, mari masuk. Anda akan bisa menilainya sendiri." Pintu kamar tamu utama dibukakannya lebar-lebar dan kami masuk, jack Renauld kami tinggalkan di bawah pengawasan kedua agen polisi itu.
"Nah, Poirot," kata Giraud sambil meletakkan topinya di atas meja, dan berbicara dengan nada sangat mengejek, "sekarang saya akan memberi Anda kuliah singkat mengenai pekerjaan detektif. Akan saya perlihatkan pada Anda, bagaimana kami kaum modern bekerja."
"Bienf " kata Poirot, sambil mengambil sikap akan mendengarkan. "Akan saya perlihatkan pula bagaimana pandainya petugas tua ini mendengarkan," dia lalu bersandar, dan menutup matanya. Kemudian matanya dibukanya, sebentar untuk mengatakan, "Jangan kuatir  saya akan tertidur. Saya akan mengikuti baik-baik sekali."
"Tentu," Giraud mulai, "saya segera menyadari semua kebodohan mengenai orang-orang Chili itu. Memang ada dua orang yang terlibat tapi mereka itu bukan dua orang asing yang misterius! Semua yang lain itu hanya semu belaka."
"Sangat masuk akal sebegitu jauh, Giraud yang baik," gumam Poirot. "Terutama setelah akal mereka yang cerdik mengenai batang korek api dan puntung rokok itu."
Giraud membelalak, tapi melanjutkan, "Seorang laki-laki harus dihubungi dalam perbuatan kejahatan ini, untuk menggali kuburan itu. Tak ada orang yang benar - benar mendapatkan keuntungan dari kejahatan itu, tapi ada seseorang yang menyangka bahwa dia akan mendapatkan keuntung an. Saya mendengar tentang pertengkaran Jack Renauld dengan ayahnya, dan mengenai ancaman-ancaman yang diucapkannya. Alasannya sudah jelas. Sekarang mengenai caranya. Jack Renauld ada di Merlinville malam itu. Hal itu diceritakannya sendiri dan kecurigaan kami berubah menjadi keyakinan. Lalu kami temukan korban kedua yang ditikam dengan pisau belati yang sama. Kita tahu kapan pisau belanti itu dicuri. Kapten Hastings bisa mengatakan waktunya dengan tepat. Jack Renauld, yang baru tiba dari Cherbourg, adalah satu-satunya orang yang mungkin mengambilnya. Saya sudah memeriksa semua penghuni rumah tangga yang lain."
Poirot menyela. "Anda keliru. Ada satu orang lain lagi yang mungkin mengambilnya."
"Maksud Anda Tuan Stonor? Dia tiba di pintu depan, naik mobil yang membawanya dari Calais. Ah, percayalah pada saya, saya telah memeriksa segala kemungkinannya. Tuan Jack Renauld tiba naik kereta api. Ada selisih waktu satu jam antara waktu dia tiba dan saat dia masuk ke rumah. Dia pasti telah melihat Kapten Hastings dan temannya meninggalkan gudang, lalu dia sendiri menyelinap ke dalam dan mengambil pisau 'belati itu, kemudian menikam komplotannya itu di dalam gudang itu —"
"Komplotan yang sebenarnya sudah meninggal" Giraud mengangkat bahunva.
"Mungkin dia tidak melihatnya. Mungkin disangkanya orang itu sedang tidur. Mereka pasti ada janji untuk bertemu. Pokoknya dia tahu bahwa pembunuhan yang kedua ini akan sangat mengacaukan perkara ini. Dan hal itu memang benar."
"Tapi hal itu tak dapat menipu Tuan Giraud," gumam Poirot.
"Anda mengejek saya. Tapi saya akan mengemukakan suatu bukti yang terakhir yang tak dapat ditolak. Kisah Nyonya Renauld adalah bohong dari awal sampai akhir merupakan karangannya saja. Kita menyangka bahwa Nyonya Renauld mencintai suaminya padahal dia berbohong untuk melindungi pembunuh suaminya. Untuk kepentingan siapakah seorang wanita berbohong? Kadang-kadang untuk kepentingannya sendiri, biasa juga untuk laki - laki yang dicintainya, tapi selalu untuk kepentingan anak-anaknya. Itulah bukti yang terakhir yang tak dapat ditolak. Anda tak dapat mengelak lagi." Giraud berhenti, mukanya menjadi merah, dia bangga akan kemenangannya. Poirot menatapnya lekat.
"Itulah uraian saya," kata Giraud. "Apa yang akan Anda katakan tentang hal itu?"
"Hanya bahwa masih ada satu hal yang tak berhasil Anda teliti."
"Apa itu?"
"Agaknya Jack Renauld tahu tentang rencana di luar lapangan golf itu. Dia tahu bahwa mayat itu akan segera.."
Giraud tertawa terbahak. "Gila-gilaan benar apa yang Anda katakan itu!"
"Dia ingin mayat itu ditemukan! Sebelum mayat itu ditemukan, dia tidak akan bisa menyatakan bahwa orang itu meninggal, dan dengan demikian tidak akan bisa mendapatkan warisannya."  Aku melihat sekilas cahaya hijau di mata Poirot waktu dia bangkit. "Mayat itu segera ditemukan, untuk apa kubur itu digali?" Giraud tidak menjawab. Pertanyaan itu membuat nya terperangkap dan tak dapat menjawabnya. Diangkatnya bahunya seolah-olah akan menyatakan bahwa pertanyaan itu tak penting. Poirot pergi menuju ke pintu. Aku menyusulnya.
"Ada satu hal lagi yang tidak Anda pertimbang kan," katanya sambil menoleh ke belakang.
"Apa itu?"
"Potongan pipa timah hitam itu," kata Poirot, lalu meninggalkan kamar itu.
Jack Renauld masih berdiri di lorong rumah, dengan wajah pucat dan murung. Tapi begitu kami keluar dari ruang tamu, dia cepat-cepat mengangkat mukanya. Pada saat itu terdengar jejak kaki orang di tangga. Nyonya Renauld sedang menuruninya. Waktu melihat putranya diapit oleh dua orang petugas hukum, dia terhenti — terpana.
"Jack," katanya lemah. "Jack, apa-apaan ini?"
"Mereka telah menahan saya, Ibu."
"Apa?"
Dia berteriak dengan suara melengking, dan sebelum ada seseorang pun sempat mendatanginya, dia terhuyung, lalu jatuh berdebam. Kami berdua berlari mendatanginya dan mengangkatnya. Poirot segera bangkit lagi.
"Kepalanya luka berat, kena tepi tangga. Kami rasa dia mengalami gegar otak yang ringan juga. Bila Giraud ingin menanyainya, dia harus menunggu. Mungkin dia akan pingsan selama sekurang-kurangnya seminggu."
Leonise dan Francoise berlari-lari mendapatkan nyonyanya, dan setelah menyerahkan wanita itu di bawah pengawasan kedua pelayan itu, Poirot meninggalkan rumah itu. Dia berjalan dengan menunduk, memandangi tanah sambil mengurutkan alisnya. Aku tidak berkata apa-apa beberapa lamanya, tapi akhirnya aku memberanikan diri bertanya padanya,
"Jadi apakah kau yakin bahwa Jack Renauld tak bersalah, meskipun semua petunjuk-petunjuk menyatakan sebaliknya?"
Poirot tak segera menjawab, tetapi setelah menunggu lama, dia berkata dengan serius, "Entahlah, Hastings. Mungkin memang begitu. Giraud tentu keliru — keliru dari awal sampai akhir. Bila Jack Renauld bersalah, maka itu bukanlah disebabkan oleh uraian Giraud tadi. Dan tuduhan utama terhadapnya, hanya aku yang tahu."
"Apa itu?" tanyaku, terkesan.
"Kalau saja kau mau menggunakan sel-sel kelabumu yang kecil itu, dan melihat seluruh perkara ini sejelas aku, maka kau pun akan memahaminya, Sahabatku." Itu merupakan salah satu jawaban Poirot yang menjengkelkanku. Tanpa menunggu aku berbicara, dia melanjutkan, "Mari kita berjalan ke laut melalui jalan ini. Kita akan duduk di atas bukit kecil itu, memandang ke laut, sambil kita meninjau kembali persoalan ini. Dengan demikian kau akan tahu pula apa yang kuketahui, tapi aku lebih suka kalau kau bisa melihat keadaan sebenarnya dengan usahamu sendiri — bukan karena kutuntun."
Kami duduk di atas bukit kecil berumput menurut anjuran Poirot, sambil memandang ke laut. Dari tempat yang agak jauh di sepanjang pasir, terdengar sayup-sayup suara teriakan orang-orang yang berkecimpung. Air laut berwarna biru pucat sekali, dan ketenangannya yang luar biasa membuatku teringat akan hari pertama kedatangan kami di Merlinville, betapa riangnya aku, dan Poirot mengatakan aku 'peramal'. Alangkah lamanya rasanya waktu sudah berlalu sejak hari itu. Padahal kenyataannya baru tiga hari!
"Berpikirlah, Sahabatku," kata Poirot memberiku semangat. "Susun gagasan-gagasanmu. Pakai cara kerja yang baik. Telitilah. Itulah kunci keberhasilan."
Aku berusaha untuk menuruti petunjuk – petunjuknya, mengembalikan ingatanku pada semua hal-hal sampai yang sekecil – kecilnya mengenai perkara itu. Tetapi dengan enggan aku harus mengakui bahwa satu-satunya penyelesaian yang jelas dan masuk akal adalah penyelesaian Giraud — padahal Poirot amat membencinya. Aku mengingat-ingat lagi. Kalaupun ada titik terang, titik itu menunjuk ke arah Nyonya Daubreuil. Giraud tak tahu tentang keterlibatan wanita itu dalam Perkara Beroldy. Poirot mengatakan bahwa Perkara Beroldy itu amat penting. Ke arah sanalah aku harus mencari. Aku sekarang berada di jalan yang benar. Dan aku tiba-tiba terperanjat, karena suatu gagasan yang jelas namun membingungkan menyerbu otakku. Dengan gemetar, aku menyusun hipotesaku.
"Kulihat kau punya gagasan, mon ami! Bagus sekali. Kita sudah maju"
"Poirot," kataku, "kulihat bahwa kita telah lalai. Kukatakan kita — meskipun aku yakin bahwa aku lah yang paling lalai. Tapi kau harus membayar ganjarannya, karena kau merahasiakannya. Jadi kukatakan lagi bahwa kita telah lalai. Ada satu orang yang telah kita lupakan."
"Dan siapakah dia?" tanya Poirot dengan mata berkilat.
"Georges Conneau!"

LAnjut ke BAB DUA PULUH

0 comments:

Post a Comment