BAB ENAM
PEMERIKSAAN
Poirot bekerja
keras sebelum waktu pemeriksaan. Dia menemui dan berbicara dengan Tuan Wells
dua kali. Dia juga berjalan-jalan berkeliling desa dan daerah sekitarnya. Saya
agak tersinggung juga karena dia tidak mengajak saya. Karena saya mengira bahwa
dia sedang mengadakan penyelidikan di pertanian Raikes, maka saya mampir ke
tempat itu dalam perjalanan menuju Pondok Leastways hari Rabu malam. Tapi saya
tidak melihatnya. Ketika sava sedang berjalan ke luar saya bertemu dengan
seorang Laki-laki tua yang menyapa saya, "Anda dari Rumah Besar?"
"Ya. Saya
sedang mencari teman saya. Saya kira dia lewat sini."
"Orangnya
kecil? Suka mengibaskan tangan kalau bicara? Salah seorang Belgia vang tinggal
di desa?"
"Ya,"
jawab saya senang. "Dia tadi ke sini?"
"Oh, ya.
Dia memang kemari tadi. Lebih dari sekali. Teman Anda, ya? Ah, tuan-tuan dari
Rumah Besar memang sering kemari!" Dan dia memandang saya dengan pandangan
yang tidak sedap.
"Mengapa
tuan-tuan dari Rumah Besar itu sering kemari?" saya bertanya dengan santai.
Matanya
mengedip pada saya, penuh rahasia. "Ada satu yang sering kemari. Saya tak
usah menyebut namanya. Dia juga sangat murah hati."
Saya berjalan
dengan cepat. Kalau begitu Evelyn Howard benar. Tiba-tiba saja saya merasa
muak, ketika membayangkan kesenangan Alfred Inglethorp berkencan dengan wanita malam
tetapi menggunakan uang istrinya. Apakah wanita berwajah gipsi itu yang menjadi
sebab malapetaka ini, ataukah dia hanya pengeruk uang saja? Mungkin juga
campuran keduanya.
Poirot kelihatannya
memiliki obsesi akan satu hal. Dia berulang-ulang menanyakan apakah bukan jam
4.30 ketika Dorcas mendengar pertengkaran majikannya. Dan Dorcas berkeras bahwa
dia mendengarnya pada pukul 4. Dia mengatakan bahwa dia menyiapkan teh pada jam
5 sore. Dan jarak waktu ketika dia mendengar percakapan itu dengan waktu menyiapkan
teh adalah cukup lama.
Pemeriksaan
dilakukan pada hari Jumat di Srylites Arms di desa. Poirot duduk di dekat saya
karena kami tidak dimintai bukti. Awal acara berjalan lancar. Juri memeriksa
mayat dan John Cavendish memberikan bukti-bukti identifikasi. Kemudian dia
memberi keterangan tentang kejadian yang dialaminya mulai saat dia bangun. Bukti
- bukti medis kemudian diajukan. Semua orang menutup mulut rapat-rapat tetapi menatap
tajam spesialis racun dari London yang amat terkenal itu. Dengan singkat dia
menerangkan hasil post mortvm. Secara singkat Nyonya Inglethorp dinyatakan
meninggal sebagai akibat keracunan strychnine. Dilihat dari jumlah yang
ditemukan, Nyonya Inglethorp telah menelan tidak kurang dari tiga perempat
butir strychnine.
Pemeriksa
menanyakan, "Apakah ada kemungkinan Nyonya Inglethorp menelannya
secara tak sengaja?"
"Saya rasa
ini kurang logis karena strychnine tidak biasa didapatkan dan digunakan dengan
mudah untuk keperluan sehari-hari. Penjualannya juga dibatasi."
"Apakah
hasil pemeriksaan Anda menunjukkan bagaimana strychnine itu diberikan pada
korban ?"
"Tidak."
"Anda
datang ke Styles lebih dulu dari Dokter Wilkins?"
"Benar.
Saya bertemu dengan mobil itu di pintu gerbang. Jadi saya cepat-cepat ke sana."
"Bisa Anda
ceritakan dengan tepat apa yang terjadi kemudian?"
"Saya
masuk ke kamar Nyonya Inglethorp. Pada saat itu dia sedang kejang. Dia berpaling
kepada saya dan berkata dengan tergagap, 'Alfred—' "
"Mungkinkah
strychnine itu dimasukkan dalam kopi yang dibawa suaminya setelah makan
malam?"
"Barangkali.
Tapi strychnine merupakan racun yang sangat cepat bereaksi. Tanda – tandanya akan
kelihatan satu atau dua jam setelah diminum. Memang akibatnya bisa tertunda karena
kondisi tertentu, tapi dalam kasus ini kondisi tersebut tidak ada. Saya perkirakan
Nyonya Inglethorp minum kopi kira-kira jam delapan. Tetapi gejala-gejala itu
baru kelihatan pada pagi hari, dan itu berarti bahwa racun itu diminumnya
sekitar atau sesudah tengah malam."
"Nyonya
Inglethorp punya kebiasaan minum coklat pada tengah malam. Mungkinkah strychnine
itu dimasukkan ke dalam coklatnya?"
"Tidak.
Saya sudah mengambil contoh coklatnya dari sisa yang ada di panci dan menganalisanya.
Tapi tak ada strychnine di situ."
Saya mendengar
Poirot berdecak. "Bagaimana kau tahu?" tanya saya berbisik.
"Dengarkan."
"Saya
rasa," kata dokter itu melanjutkan. "Saya akan heran apabila ada
hasil lainnya."
"Mengapa?"
"Karena
strychnine sangat pahit. Strychnine bisa dideteksi dalam larutan 1 dibanding 70.000.
Dan hanya bisa disembunyikan rasa pahitnya dalam makanan yang rasanya tajam.
Tapi coklat tidak bisa menutupi rasa pahit strychnine."
Salah seorang
juri menanyakan, apakah hal tersebut berlaku juga untuk kopi. "Tidak,
Karena kopi memiliki rasa pahit sendiri dan bisa menyembunyikan rasa pahit strychnine."
"Jadi Anda
berpendapat bahwa kemungkinan besar strychnine itu dimasukkan ke dalam kopi,
tapi karena sesuatu yang tidak kita ketahui, reaksinya jadi tertunda."
"Ya, tapi
cangkir kopi itu hancur dan tidak mungkin lagi isinya dianalisa."
Kalimat itu
mengakhiri kesaksian Dr. Bauerstein, Dr. Wilkins menguatkan kesaksian tersebut.
Ketika ditanyakan kemungkinan suatu perbuatan bunuh diri, dia menyanggah dengan
gigih. Korban memang mengidap penyakit jantung, tetapi kesehatan fisik maupun
mentalnya amat baik. Dia bukanlah tipe orang yang mungkin akan mengambil
tindakan bunuh diri.
Kemudian
Lawrence Cavendish dipanggil. Kesaksiannya tidak terlalu berarti, hanya berapa
pengulangan cerita kakaknya. Tetapi ketika akan meninggalkan bangku saksi, dia
berkata dengan ragu-ragu, "Apakah saya boleh mengutarakan pendapat?" Dia
menatap Pemeriksa dengan pandang memohon dan Pemeriksa menjawab, "Tentu
saja, Tuan Cavendish, kita berkumpul di sini untuk mencari kebenaran dan menyambut
dengan senang hati segala sesuatu yang bisa menunjuk ke arah penyelesaian."
"Ini hanya
merupakan pemikiran saya," jelas Lawrence. "Mungkin juga saya keliru,
tapi ada kemungkinan juga bahwa ibu saya meninggal secara wajar."
"Barangkali
Anda bisa menjelaskannya, Tuan Cavendish?"
"Pada saat
meninggal dan beberapa saat sebelumnya, ibu saya biasa minum tonik yang
mengandung strychnine."
"Ah!"
kata Pemeriksa. Juri kelihatannya sangat tertarik.
"Saya rasa
ada kasus di mana efek kumulatif suatu obat bisa menimbulkan kematian. Dan
juga, ada kemungkinan bahwa dia minum obat melebihi dosisnya."
"Ini yang
pertama kali saya dengar bahwa Almarhumah minum strychnine pada
waktu meninggal. Terima kasih, Tuan Cavendish."
Dr. Wilkins
dipanggil dan dia mencemoohkan kemungkinan itu. "Apa yang dikatakan Tuan
Cavendish itu tidak masuk akal. Dokter mana pun akan mengatakan hal yang sama.
Strychnine memang suatu jenis racun yang kumulatif, tetapi tak akan mengakibatkan
kematian secara mendadak seperti itu. Kematian seperti itu pasti melewati suatu
periode kritis yang cukup panjang, dan hal itu pasti tak akan luput dari
perhatian saya. Kemungkinan ini tak masuk akal."
"Bagaimana
dengan kemungkinan kedua?"
"Tiga atau
empat dosis tak akan mengakibatkan kematian. Nyonya Inglethorp biasa menyimpan
sejumlah obat ekstra yang dibuat oleh Coot, toko obat di Tadminster. Untuk
jumlah yang ditemukan dalam tubuhnya, dia harus minum tonik satu botol penuh."
"Kalau
demikian Anda berpendapat bahwa strychnine yang terdapat dalam tonik itu tidak
akan mengakibatkan kematian?"
"Tentu
saja. Pendapat itu tidak masuk akal."
Seorang juri
mengatakan pendapatnya bahwa ada kemungkinan toko obat yang meramu obat itu
membuat kekeliruan.
"Itu
memang bisa saja terjadi," kata dokter.
Tetapi Dorcas
yang dipanggil sebagai saksi berikutnya menyatakan bahwa hal itu tidak mungkin.
Obat itu sudah lama dibeli dari toko obat. Bahkan Nyonya Inglethorp minum
obatnya yang terakhir pada hari meninggalnya. Jadi kemungkinan peracunan
melalui tonik dianggap selesai dan Pemeriksa melanjutkan dengan soal lain.
Setelah mendengar dan Dorcas bahwa dia terbangun oleh bunyi bel yang berdering
keras dan dia berusaha membangunkan seisi rumah, dia beralih ke pertengkaran
yang terjadi pada sore kemarinnya. Kesaksian Dorcas akan hal ini sama seperti
yang diceritakan kepada Poirot dan saya. Jadi tak perlu saya ceritakan lagi.
Saksi
berikutnya adalah Mary Cavendish. Dia berdiri tegak dan bicara dengan suara
yang rendah, jelas, dan terkendali. Menjawab pertanyaan Pemeriksa,
dijelaskannya bahwa dia bangun jam 4.30 seperti biasa dan dia sedang berpakaian
ketika dikejutkan oleh suara benda keras jatuh.
"Tentunya
bunyi meja yang jatuh," kata Pemeriksa.
"Saya
membuka pintu dan mendengarkan," kata Mary. "Beberapa menit kemudian saya
mendengar bel berdering keras. Dorcas berlari-lari membangunkan suami saya, dan
kami semua pergi ke kamar ibu mertua saya. Tapi pintunya terkunci—"
Pemeriksa
menyela, "Saya kira Anda tak perlu melanjutkan cerita itu lagi. Kami sudah
mendengar dari para saksi sebelumnya. Tapi kami ingin mendengar tentang
pertengkaran yang Anda dengar sehari sebelumnya."
"Saya?"
Terdengar nada
tersinggung dalam suaranya. Dia mengangkat tangannya untuk memperbaiki lipatan
renda di lehernya sambil menelengkan kepalanya sedikit. Tiba - tiba saja sebuah
pikiran hinggap di kepala saya, "Dia mengulur waktu!"
"Ya. Saya
tahu bahwa," lanjut Pemeriksa.
"Anda
sedang duduk membaca di sebuah bangku di luar kamar kerja Nyonya Inglethorp,
Begitu, bukan?"
Ini merupakan
hal baru untuk saya. Saya melirik Poirot, ingin tahu apakah dia pernah mendengar
hal itu, Mary agak ragu-ragu sebelum menjawab, "Ya, benar"
"Dan
jendela kamar kerja itu terbuka, bukan?"
Dengan wajah
bertambah pucat dia menjawab, "Ya."
"Kalau
begitu Anda pasti mendengar suara-suara dari dalam, terutama bila bertambah keras
karena marah. Dan dari tempat Anda duduk, suara itu pasti kedengarannya lebih jelas
dibandingkan apabila dari lorong rumah."
"Barangkali."
"Bisa Anda
ulangi lagi apa yang Anda dengar?"
"Saya
benar-benar tidak ingat."
"Maksud
Anda, Anda tidak mendengar suara apa-apa?"
"Saya
memang mendengar suara, tapi saya tidak mendengar apa yang mereka bicarakan.
Saya tidak biasa mencuri-dengar percakapan pribadi orang lain."
Pemeriksa masih
bertahan. "Dan Anda tidak ingat apa-apa sama sekali? Sama sekali, Nyonya
Cavendish? Tak sepotong kalimat pun ataupun kata-kata yang membuat Anda sadar
bahwa percakapan itu adalah percakapan pribadi?"
Mary diam dan
berusaha menenangkan dirinya. "Ya, saya ingat Nyonya Inglethorp mengatakan
sesuatu—saya tak bisa mengingat dengan tepat— tapi mengenai skandal antara suami-istri."
"Ah!"
Pemeriksa itu bersandar dengan puas. "Itu sesuai dengan apa yang dikatakan
Dorcas. Tapi maaf, Nyonya Cavendish, Anda mengerti bahwa percakapan itu adalah percakapan
pribadi, namun Anda tetap tidak beranjak dari tempat Anda?"
Saya melihat
kilasan rasa sengit di matanya yang coklat. Saya yakin bahwa dia sanggup
mencabik-cabik pengacara itu karena insinyuasinya, tetapi dia bisa bertahan dengan
tenang. "Tidak. Saya cukup nyaman berada di tempat duduk saya dan saya
memusatkan perhatian saya pada buku saya."
"Itu saja
yang dapat Anda ceritakan?"
"Itu
saja."
Pemeriksaan itu
selesai walaupun saya tidak yakin apakah Pemeriksa merasa puas dengan hasilnya.
Saya rasa dia menginginkan Mary Cavendish berbicara lebih banyak lagi. Yang
dipanggil kemudian adalah Amy Hill, pembantu toko. Dia memberi kesaksian telah menjual
formulir surat wasiat pada tanggal 17 siang pada William Earl, asisten tukang
kebun Nyonya Inglethorp. William Earl dan Manning dipanggil dan memberi
kesaksian bahwa mereka menjadi saksi penandatanganan suatu dokumen. Manning memperkirakan
jam 4.30 sore, sedang William merasa lebih awal dari itu. Cynthia Murdock
dipanggil kemudian. Tak banyak yang diceritakannya. Dia tak tahu apa-apa
tentang tragedi itu sampai saat dibangunkan oleh Nyonya Cavendish.
"Anda
tidak mendengar suara meja jatuh?"
"Tidak.
Saya tidur sangat nyenyak."
Pemeriksa
tersenyum. "Pikiran sehat membuat orang tidur lelap," katanya.
"Terima
kasih, Nona Murdock. Itu saja."
"Nona
Howard."
Nona Howard
mengeluarkan surat yang ditulis Nyonya Inglethorp pada tanggal 17 sore. Poirot
dan saya sudah membacanya. Surat itu tidak memberi petunjuk apa-apa pada kami.
Berikut ini contohnya,
17Juli Styles
Court
Essex
Evelyn sayang,
Aku ingin melupakan
hal-hal yang telah lewat. Walaupun bagiku sulit untuk memaafkan apa yang
kaukatakan tentang suamiku. Aku memang sudah tua dan aku sangat sayang padamu.
Kawanmu,
Emely
Inglethorp
Juri
memeriksanya dengan teliti. "Saya rasa tidak banyak membantu,"
kata Pemeriksa sambil menarik napas. "Tidak menyebutkan apa-apa
tentang kejadian sore itu."
"Surat itu
sangat jelas bagi saya. Emily rupanya baru sadar bahwa dia dipermainkan," kata
Nona Howard singkat.
"Tapi
surat ini tidak menyebutkan hal itu."
"Memang.
Karena Emily tak pernah mau mengakui kalau dia dalam posisi bersalah. Tetapi
saya mengerti dia. Dia ingin agar saya kembali. Tapi dia tidak mau mengatakan
dengan terus terang bahwa saya benar. Dia hanya ingin berbelok-belok. Banyak
orang yang begitu. Aku sendiri tak suka begitu."
Tuan Wells
tersenyum tipis. Juga beberapa orang juri. Rupanya Nona Howard ini sudah
'terkenal'.
"Semua ini
buang-buang waktu saja," katanya melanjutkan sambil memandang para
juri. "Bicara—bicara-bicara! Padahal jelas kita sudah
tahu—"
Pemeriksa
menyela bicaranya dengan susah-payah, "Terima kasih, Nona Howard."
Kelihatannya
dia menghembuskan napas lega ketika wanita itu kembali ke tempat duduknya. Kemudian
Pemeriksa memanggil Albert Mace, asisten apoteker dari toko obat. Orang pun
mulai berbisik-bisik. Dia menjawab pertanyaan Pemeriksa dengan mengatakan bahwa
dia adalah seorang ahli obat yang terpercaya, tapi baru saja bekerja di toko
itu karena dia ikut bertugas dalam perang. Setelah itu, Pemeriksa melanjutkan
pertanyaannya. "Tuan Mace, apa akhir-akhir ini Anda pernah menjual
strychnine kepada seseorang tanpa lisensi?"
"Ya,
Pak."
"Kapan
Anda melakukannya?"
"Hari
Senin malam."
"Senin?
Bukan Selasa?"
"Tidak,
Pak. Senin tanggal 16."
"Bisa Anda
beri tahu kepada siapa menjualnya?"
"Ya, Pak.
Pada Tuan Inglethorp."
Setiap mata
menengok pada Alfred Inglethorp yang duduk tak bergerak seperti patung kayu.
Dia kelihatan agak terkejut ketika mendengar kalimat terakhir saksi. Saya mengira
dia akan berdiri. Tetapi ternyata dia tetap duduk walaupun mukanya terkejut.
"Anda
yakin dengan kesaksian Anda?" tanya Pemeriksa.
"Yakin,
Pak."
"Apa Anda
biasa menjual strychnine pada setiap orang yang memerlukannya?"
Laki-laki muda
itu gemetar di bawah pandangan tajam Pemeriksa. "Oh, tentu saja tidak,
Pak. Tapi karena yang membeli adalah Tuan Inglethorp, saya melayani dengan
baik. Katanya untuk meracun seekor anjing."
Saya merasa
kasihan. Memang orang-orang kecil biasanya senang untuk berlaku baik terhadap
orang-orang 'penting'. Tentunya dia juga mengharapkan agar orang-orang Gedong
akan berpindah langganan dari Goot pada mereka.
"Bukankah
orang biasanya menuliskan namanya di sebuah buku kalau dia membeli racun?"
"Ya, Pak.
Tuan Inglethorp juga."
"Anda
membawa buku itu?"
"Ya.
Ada."
Dia
mengeluarkan buku catatan dan Pemeriksa kemudian mengusir Tuan Mace. Setelah
menahan napas, beberapa saat kemudian Alfred Inglethorp akhirnya dipanggil.
Apakah dia sadar betapa dekat lehernya pada tiang gantungan? Pemeriksa segera
mengajukan pertanyaan langsung, "Pada hari Senin malam yang lalu, apakah
Anda membeli strychnine untuk meracun anjing?"
Inglethorp
menjawab dengan sangat tenang, "Tidak. Saya tidak membeli strychnine. Di
Styles tidak ada anjing kecuali seekor anjing gembala. Dan anjing itu dalam
keadaan sehat."
"Anda
menolak tuduhan bahwa Anda membeli strychnine dari Albert Mace pada Senin malam
yang lalu?"
"Ya"
"Apa Anda
juga menolak ini"
Pemeriksa
menunjukkan sebuah nota yang memuat tanda tangan Inglethorp. "Tentu saja.
Tulisan ini berbeda dari tulisan saya. Akan saya buktikan."
Dia
mengeluarkan sebuah amplop bekas dari sakunya, lalu mencoretkan tanda tangannya.
Memang berbeda. "Jadi kalau begitu apa arti ucapan Tuan Mace?"
Alfred
Inglethorp menjawab dengan tenang, "Tentunya Tuan Mace keliru."
Pemeriksa
ragu-ragu sejenak, lalu berkata, "Tuan Inglethorp, kami ingin mendengar di
mana Anda berada pada hari Senin malam, tanggal 16 Juli yang lalu?"
"Saya—benar-benar
tidak ingat."
"Itu tak
masuk akal, Tuan Inglethorp," kata Pemeriksa dengan tajam. "Coba Anda
ingat-ingat kembali"
Inglethorp
menggelengkan kepala. "Saya tak ingat. Saya memang keluar malam itu."
"Ke arah
mana?"
"Saya
benar-benar tidak ingat."
Wajah pemeriksa
itu menjadi masam.
"Ada yang
menemani Anda pada waktu itu?"
"Tidak."
"Apa Anda
bertemu dengan seseorang di jalan?"
"Tidak."
"Sayang
sekali," kata Pemeriksa dengan sinis. "Apa saya harus menyimpulkan
bahwa Anda menolak mengatakan di mana Anda berada pada waktu Tuan Mace
mengenali Anda ketika Anda sedang berjalan memasuki tokonya untuk membeli
strychnine?"
"Kalau
Anda menginginkan demikian, silakan."
"Hati-hati,
Tuan Inglethorp."
Poirot menjadi
gelisah. "Sacre!" katanya. "Apa orang bodoh ini ingin ditahan?"
Inglethorp
memang memberikan kesan yang buruk. Penolakan-penolakannya tak akan meyakinkan
seorang anak kecil sekalipun. Tetapi Pemeriksa melewatinya dan berpindah ke hal
lain. Dan Poirot menarik napas lega. "Anda berbicara dengan istri Anda
pada hari Selasa sore?"
"Maaf,"
kata Alfred Inglethorp, "Anda pasti mendapat informasi yang keliru. Saya tidak
bertengkar dengan istri saya. Cerita itu benar-benar omong kosong. Saya tidak ada
di rumah pada sore hari."
"Apa ada
seseorang yang bisa memperkuat pernyataan Anda?"
"Anda bisa
mempercayai kata-kata saya," jawab Inglethorp dengan congkak. Pemeriksa
tidak ambil pusing untuk memberi komentar atas pernyataan itu. Dia melanjutkan,
"Ada dua
orang saksi yang menyatakan bahwa Anda bertengkar dengan istri Anda."
"Kedua
saksi itu keliru."
Saya
terheran-heran. Laki-laki itu berbicara dengan penuh keyakinan. Saya memandang
Poirot. Ada rasa kemenangan terbayang di wajahnya yang tidak saya mengerti.
Apakah akhirnya dia percaya akan kesalahan Alfred Inglethorp?
"Tuan Inglethorp,"
kata Pemeriksa, "Anda telah mendengar kata-kata terakhir istri Anda yang
diutarakan seorang saksi di sini tadi. Apakah Anda bisa menjelaskannya?"
'Tentu
saja."
"Anda bisa
menjelaskannya?"
"Sangat
sederhana. Kamar tidur istri saya tidak terang, tetapi remang-remang. Dokter Bauerstein
mempunyai postur tubuh mirip saya, setinggi saya, dan berjenggot pula seperti
saya. Dalam keadaan sakit seperti itu, istri saya pasti mengira bahwa Dokter Bauerstein
adalah saya."
"Ah!"
seru Poirot. "Ide yang bagus."
"Kau
berpendapat begitu?" tanya saya.
"Aku tak
mengatakannya demikian. Tapi itu merupakan ide yang bagus."
"Anda
berpendapat bahwa kata-kata terakhir istri saya adalah tuduhan," kata Inglethorp
melanjutkan, "padahal itu merupakan seruan."
Pemeriksa
berpikir sejenak. Lalu dia berkata, "Kalau tidak salah, pada malam itu
Anda sendiri menuang kopi untuk istri Anda dan mengantarkannya kepadanya?"
"Saya
memang menuang kopi. Dan bermaksud mengantarkannya sendiri. Tapi tiba – tiba seorang
kawan saya datang, jadi saya meletakkan kopi itu di atas meja. Ketika saya
melewati meja itu beberapa menit kemudian, cangkir itu sudah lenyap,"
Pernyataan itu
mungkin benar, mungkin tidak. Tetapi tetap tidak mungkin memperbaiki kesan
bahwa Inglethorp bersalah. Dalam keadaan yang mana pun dia cukup punya waktu
untuk memasukkan racun ke dalam cangkir kopi itu. Pada saat itu Poirot
menyenggol saya sambil menunjuk ke pintu. Di situ duduk dua orang laki-laki.
Yang seorang berbadan kecil dan berwajah gelap, yang satunya berbadan tinggi dan
berkulit putih. Saya bertanya pada Poirot sambil berbisik. Dia menempelkan
mulutnya ke telinga saya.
"Kau tahu
siapa laki-laki kecil itu?"
Saya
menggelengkan kepala.
"Dia
Inspektur Detektif James Japp dari Scotland Yard—Jimmy Japp. Yang satu juga dari
Scotland Yard. Ah, cepat benar berita ini tersebar."
Saya memandang
kedua laki-laki itu. Tak ada sesuatu yang menunjukkan bahwa mereka adalah
polisi. Saya masih mengawasi kedua laki-laki itu dengan wajah tolol ketika
terdengar keputusan dibacakan.
"Pembunuhan
yang direncanakan oleh seseorang atau beberapa orang yang belum diketahui"
Lanjut ke BAB TUJUH
0 comments:
Post a Comment