Thursday, 15 October 2015

Agatha Christie - Lapangan Golf Maut - BAB DUA PULUH ENAM

BAB DUA PULUH ENAM
AKU MENERIMA SEPUCUK SURAT SAHABATKU


Kau akan tahu semua setelah kau baca surat. Tak satu pun yang kukatakan pada Belia bisa mengubah niatnya. Dia telah pergi untuk menyerahkan dirinya. Aku sudah letih berjuang. Kini kau akan tahu bahwa aku telah menipumu, bahwa kau yang telah memberikan kepercayaanmu kubalas dengan kebohongan. Aku yakin bahwa kau akan berpikir , bahwa tindakanku terhadapmu itu tak pjmtas. Tapi, sebelum aku lenyap dari hidupmu untuk selama - lamanya, aku ingin menjelaskan mengapa sampai terjadi demikian. Aku akan merasa hidup ini lebih nyaman, bila aku tahu bahwa kau mau memaafkan diriku. Aku melakukan semuanya itu bukan untuk diriku sendiri — hanya itu yang dapat kukemukakan untuk menjelaskan perbuatanku.
Akan kumulai sejak hari aku bertemu denganmu dalam kereta api dari Paris. Waktu itu aku sudah merasa kuatir. Belia sedang merasa putus asa mengenai Jack Renauld. Belia, boleh dikatakan, sampai-sampai mau membaringkan dirinya di tanah untuk diinjak- injak Jack, dan waktu laki- laki itu mulai berubah, dan mulai berhenti menulis surat , Bella seperti akan gila. Dia membayangkan bahwa Jack sudah tertarik pada gadis lain — dan kemudian ternyata bahwa itu memang benar. Dia memutuskan untuk pergi ke villa mereka di Merlin untuk mencoba menemui Jack. Dia tahu bahwa aku menentang gagasan itu, lalu mencoba menyelinap.
Kudapati dia tak ada di kereta api di Calais, dan aku bertekad untuk tidak meneruskan perjalananku ke-Inggris tanpa dia . Aku sudah punya f irasat tak enak, bahwa sesuatu yang amat mengerikan akan terjadi bila aku tak bisa mencegahnya. Aku menunggu kereta api berikutnya dari Paris. Dia ada di kereta api itu, dan berniat untuk dari situ langsung pergi ke Merlinv. Aku menentangnya dengan segala tenagaku, tapi tak ada gunanya. Dia sudah memutuskan dan bertekad untuk melaksanakan niatnya. Ya, aku lalu lepas tangan dan
semuanya itu. Aku sudah berusaha sebisanya.
Hari sudah mulai malam. Aku pergi ke hotel, dan Belia menuju ke Merlinv. Aku masih belum dapat melepaskan dari firasat buruk mengenai bencana yang akan terjadi. Sampai esok harinya pun Belia tak muncul. Dia telah ber janji untuk menemuiku di hotel, tapi dia tidak menepatinya. Sepanjang hari itu tak tampak batang hidungnya . Aku makin kuatir.
Kemudian datang surat kabar dengan berita itu. Sungguh mengerikan! Aku tentu tak yakin — tapi aku takut sekali. Kubayangkan bahwa Belia telah menemui Renauld, dan menceritakan pada orang itu mengenai hubungannya dengan Jack dan bahwa laki- laki tua itu telah menghinanya. Kami berdua memang sangat penaik darah. Kemudian muncul kisah-kisah tentang orang-orang asing yang berkedok, dan aku merasa agak tenang . Tapi, aku masih kuatir , sebab Belia tidak memenuhi janjinya dengan aku.
Esok paginya aku demikian tegangnya hingga aku pergi saja untuk melihat apa yang bisa ku lakukan. Maka yang pertama- tama kutemui adalah kau. Kau sudah tahu semuanya itu. Waktu aku melibat pria yang meninggal itu serupa benar dengan Jack, dan mengenakan mantel Jack pula, tahu lah aku, lalu ada pula disitu pisau pembuka amplop yang serupa benar dengan yang telah diberikan Jack pada Belia — benda kecil yang jahat itu. Aku yakin benar bahwa pada gagang pisau itu ada bekas sidik jari Belia. Tak sanggup aku melukiskan betapa hebat rasa ketakutanku pada saat itu. Hanya satu hal yang jelas harus ku lakukan — aku harus mendapatkan pisau belati itu, dan segera lari sebelum orang tahu bahwa benda itu hilang. Aku berpura-pura pingsan, dan sementara kau pergi untuk mengambilkan aku air, aku mengambilnya lalu kusembunyikan di balik bajuku. Kukatakan padamu bahwa aku menginap di hotel du Phare, padahal sebenarnya aku kembali ke Calais dengan kereta api yang sama, dan terus ke Inggris naik kapal yang pertama. Waktu tiba di tengah- tengah Selat Kanal, kubuang pisau belati sial itu ke laut. Kemudian baru lah aku bisa bernapas lega.
Belia sudah ada di rumah kos kami di London. Dia kelihatan aneh sekali. Kuceritakan padanya apa yang telah ku lakukan, dan bahwa untuk sementara dia aman. Dia menatapku, lalu tertawa — dan tertawa — ng eri sekali kedengarannya! Kupikir sebaiknya kami menyibukkan diri. Dia bisa gila kalau dibiarkan termenung memikirkan apa yang telah dilakukannya. Untunglah kami segera mendapatkan kontrak pekerjaan. Lalu kulihat kau dan sahabatmu menonton kami malam itu. Aku jadi panik. Kau tentu curiga , kalau tidak kalian tentu tidak akan membuntuti kami. Aku harus mengetahui kemungkinan yang terburuk, maka aku menyusulmu.
Aku putus asa. Kemudian, sebelum aku sempat menceritakan apa-apa padamu, aku mendapatkan kesan bahwa akulah yang kau curigai, bukan Belia! Atau sekurang –kurangnya kau menyangka bahwa aku adalah Belia, karena aku telah mencuri pisau belati itu. Sebenarnya aku panik bila kau bisa melihat ke dalam benakku waktu itu — maka mungkin kau akan mau memaafkan aku — aku begitu ketakutan, aku kebingungan dan
aku putus asa. Aku hanya tahu bahwa kau akan mencoba menyelamatkan diriku. Aku tak tahu apakah kau akan mau menyelamatkanku. Kurasa pasti tidak — itu tak sama halnya! Dan aku tidak akan bisa menanggung akibatnya! Belia adalah saudara kembarku — aku harus berbuat yang sebaik-baiknya untuknya. Maka akau pun terus berbohong.
Aku merasa diriku jahat — sekarang pun aku masih merasa jahat. Hanya itu saja — dan mungkin kau pun akan mengatakan bahwa itu sudah cukup. Sebenarnya aku bisa menaruh kepercayaan padamu. Bila saja aku bisa — Segera setelah berita penahanan atas diri Jack Renauld muncul di surat - surat kabar, habislah semuanya. Belia bahkan tak mau lagi menunggu bagaimana kelanjutannya. Aku letih seka li. Aku tak bisa menulis lagi.

Tampak bahwa dia semula akan menandatangani surat itu dengan Cinderella, tapi kemudian dicoretnya, dan digantinya dengan Du lcie Duveen. Surat itu buruk tulisannya dan kabur, tapi masih kusimpan sampai sekarang. Poirot ada bersamaku waktu aku membaca surat itu. Kertas-kertas itu terlepas dari tanganku, dan aku melihat padanya yang duduk di seberangku.
"Apakah kau selama ini tahu bahwa yang terlibat adalah — yang seorang lagi?"
"Tahu, Sahabat."
"Mengapa tak kaukatakan padaku? "
"Pertama-tama, aku merasa sukar percaya bahwa kau bisa membuat kekeliruan itu. Kau sudah melihat fotonya. Kedua bersaudara itu banyak kesamaannya, tapi bukannya sama sekali tak bisa dibedakan."
"Tapi rambut pirang itu?"
"Adalah rambut palsu, yang dipakai untu memberikan kesan kontras di pentas. Apakah biasa bahwa bila sepasang anak kembar yang serupa benar yang seorang harus berambut pirang dan yang seorang lagi berambut hitam?"
"Mengapa tak kaukatakan malam itu di hotel di Coventry?"
"Kau sedang berbuat sangat sewenang-wenang waktu itu, mon ami," kata Poirot datar. "Kau tidak memberi aku kesempatan."
"Tapi setelah itu?"
"Oh, setelah itu? Yah, pertama-tama, aku tersinggung karena kau tidak menaruh kepercayaan padaku. Dan aku ingin melihat apakah perasaan sentimentalmu tahan uji terhadap waktu, pokoknya aku ingin tahu, apakah itu murni, atau apakah kau sekadar tergila -gila saja. Aku memang tak boleh lama-lama membiarkan kau dalam kekeliruanmu!"
Aku mengangguk. Nada suaranya terlalu banyak mengandung kebaikan hati, hingga aku tak bisa merasa benci. Aku menunduk melihat ke kertas-kertas surat itu lagi. Tiba-tiba kupungut kertas - kertas itu dari lantai dan kuberikan padanya.
"Bacalah," kataku. "Aku ingin kau membacanya."
Poirot membacanya tanpa berkata apa-apa, lalu dia mengangkat mukanya melihat padaku.
"Apa yang kau kuatirkan, Hastings?"
Caranya bertanya tak bisa begitu. Caranya yang mengejek seperti biasanya kali ini tak kelihatan, hingga aku bisa mengatakan apa yang ingin kukatakan tanpa kesulitan.
"Dia tidak mengatakan — dia tidak mengatakan — pokoknya, tak ada bayangan apakah dia suka atau tidak padaku!"
Poirot membalik-balik kertas-kertas itu. "Kurasa kau keliru, Hastings."
"Mana? " aku berseru, sambil membungkuk dengan penuh keinginan. Poirot tersenyum.
"Setiap baris dari surat ini menyatakan hal itu, mon ami."
"Tapi di mana aku bisa menemukan dia? Surat itu tak ada alamat pengirimnya. Hanya ada perangko Prancis."
"Jangan kuatir! Serahkan itu pada Papa Poirot. Aku akan menemukannya untukmu hanya dalam waktu lima menit!"





0 comments:

Post a Comment