Saturday, 10 October 2015

Agatha Christie - Lapangan Golf Maut - BAB DUA PULUH SATU

BAB DUA PULUH SATU
HERCULE PAIROT MENANGANI PERKARA


Dengan suara yang berwibawa, Poirot mula mengemukakan teorinya. "Tampak anehkah bagimu, men ami, bahwa seorang merencanakan kematiannya sendiri? Demikiankah anehnya, hingga kau menolak kenyataan itu, dan mengatakan bahwa itu hanya angan-angan, dan menyatakan bahwa itu semacam kisah yang kenyataannya sepuluh kali lebih tak masuk akal. Tuan Renauld memang benar telah merencanakan kematiannya sendiri, tapi ada satu hal kecil yang mungkin tak tampak olehmu — dia tak berniat untuk mati."
Aku menggeleng, kebingungan.
"Tak usah bingung, semuanya itu sederhana sekali," kata Poirot dengan ramah. "Untuk kejahatan yang direncanakan Tuan Renauld tidak dibutuhkan seorang pembunuh, seperti yang sudah kukatakan. Yang diperlukan adalah sesosok mayat. Mari kita mengadakan rekonstruksi, tapi kali ini dengan meninjaunya dari segi yang lain."
"Georges Conneau melarikan diri dari hukum — lalu terbang ke Kanada. Di sana dia menikah dengan nama palsu, dan akhirnya memperoleh kekayaan besar di Amerika Selatan. Tapi dia merasa rindu pada negerinya sendiri. Dua puluh tahun sudah berlalu, penampilannya sudah banyak berubah, apalagi sebagai seseorang dengan kekayaan yang begitu besar jumlahnya, tak mungkin ada seorang pun yang menyangkutkannya dengan seorang pelarian dari hukum bertahun-tahun yang lalu. Dia menganggap bahwa kini sudah aman untuk kembali. Dia memusatkan markasnya di Inggris, tapi berniat untuk menghabiskan musim panas di Prancis. Kemudian nasib buruk, bahwa hukum yang tersamar yang menentukan nasib manusia, dan tak mau membiarkan manusia mengelakkan akibat perbuatannya, membawanya ke Merlinville. Dan justru di sana, dan bukan di tempat-tempat lain di seluruh Prancis, ada satu orang yang bisa mengenalinya kembali. Nyonya Daubreuil. Hal itu tentu merupakan tambang emas bagi Nyonya Daubreuil, dan wanita itu tak lengah dalam mengambil keuntungan dari tambang emas itu. Renauld tak berdaya. Dia sepenuhnya berada dalam genggaman wanita itu. Dan wanita itu memerasnya habis-habisan."
"Kemudian terjadilah sesuatu yang tak bisa dihindarkan. Jack Renauld jatuh cinta pada gadis yang hampir setiap hari dilihatnya, dan berniat untuk mengawininya. Hal itu bertentangan dengan ayahnya. Dengan segala daya upaya dia berusaha untuk menghindarkan anaknya dari perkawinan dengan anak gadis perempuan jahat itu. Jack Renauld tak tahu apa-apa tentang masa lalu ayahnya, tetapi Nyonya Renauld tahu semuanya. Dia adalah seorang wanita yang mempunyai pribadi yang kuat, dan dia benar-benar cinta serta penuh pengabdian
pada suaminya. Mereka lalu berunding. Renauld hanya melihat satu jalan keluar yaitu kematian. Dia harus disangka mati, padahal dia sebenarnya akan mclarikan diri ke negeri lain, di mana dia akan memulai hidup baru lagi dengan nama samaran lain lagi. Lalu setelah memainkan perannya sebagai seorang janda beberapa lamanya, Nyonya Renauld akan menyusulnya. Amatlah penting bahwa istrinya menguasai semua uangnya, maka diubahnyalah isi surat wasiatnya. Bagaimana dia mula-mula mengatur urusan mayat itu, aku tak tahu — mungkin kerangka seorang mahasiswa kesenian dan suatu kebakaran — atau semacamnya, tapi sebelum rencana mereka menjadi matang, terjadilah suatu peristiwa yang
menguntungkan mereka. Seorang gelandangan yang kasar, yang keras dan penuh perlawanan, berhasil masuk ke pekarangan mereka. Terjadilah suatu perkelahian. Tuan Renauld ingin mengusirnya, tapi tiba-tiba gelandangan yang menderita ayan itu diserang penyakitnya lalu roboh. Dia meninggal. Tuan Renauld memanggil istrinya. Mereka berdua menyeretnya ke dalam gudang — sebagaimana kita ketahui, peristiwa itu terjadi di luar gedung itu — dan mereka menyadari kesempatan yang sangat bagus yang mereka peroleh. Laki-laki itu tak ada keserupaannya dengan Tuan Renauld, tapi dia setengah baya, berpotongan sebagaimana biasanya orang Prancis. Itu sudah cukup."
"Besar dugaanku, suami-istri itu lalu duduk di sebuah bangku yang ada di sana. Mereka merundingkan hal itu di tempat yang tak bisa didengar dari rumah. Rencana mereka cepat diatur. Pengenalan mayat harus dilakukan oleh Nyonya Renauld sendiri. Jack Renauld dan supir {yang sudah dua tahun bekerja dengan majikannya itu) harus disuruh pergi. Perempuan-perempuan Prancis yang menjadi pelayan di rumah mereka, tak mungkin pergi ke dekat mayat itu, dan Renauld bermaksud merencanakan segala sesuatu untuk menipu siapa pun juga yang mungkin tidak melihat sesuatu secara terperinci. Masters disuruh pergi, sepucuk telegram dikirimkan pada Jack, dan dipilihlah Buenos Ayres untuk menyatakan bahwa cerita yang telah diatur Renauld kedengarannya benar. Setelah mendengar tentang diriku sebagai seorang detektif tua yang terkenal, dia menulis surat untuk meminta bantuanku. Dia tahu bahwa begitu aku tiba kemari dan memperlihatkan suratnya itu, maka hal itu akan membawa akibat yang besar pada Hakim Pemeriksa — dan ternyata hal itu memang demikian jadinya."
"Mereka pakaikan setelan Tuan Renauld pada gelandangan itu, sedang jas dan celananya sendiri yang compang-camping dilemparkan saja di dekat pintu gudang itu. Mereka tak berani membawanya" masuk ke rumah. Kemudian, supaya kisah yang elak akan diceritakan oleh Nyonya Renauld terdengar masuk akal, mereka tikamkan pisau belati kawat pesawat terbang itu tepat di jantung laki-laki itu. Malam itu Tuan Renauld mula-mula akan mengikat dan menyumbat mulut istrinya, lalu dia akan mengambil sebuah sekop dan menggali sebuah kuburan di tanah yang diketahuinya memang akan digali orang untuk lubang golf. Mayat itu memang perlu sekali ditemukan orang — Nyonya Daubreuil tak boleh menaruh curiga. Sebaliknya, bila waktu cukup lama berselang, maka bahaya akan dikenalinya mayat itu akan amat berkurang. Kemudian, Tuan Renauld akan mengenakan pakaian compang-camping gelandangan itu dan pergi ke stasiun, dari mana dia akan berangkat naik kereta api pukul dua belas lewat sepuluh menit, tanpa dikenali orang. Karena kejahatan itu disangka orang baru akan terjadi dua jam kemudian, dia tak mungkin dicurigai orang."
"Sekarang kita mengerti mengapa dia merasa jengkel dengan kehadiran gadis Belia itu, karena itu tidak menguntungkan. Setiap saat yang tertunda berbahaya sekali untuk rencana mereka. Sebab itu gadis tersebut disuruhnya pergi secepat mungkin. Lalu dia segera melaksanakan pekerjaan itu! Pintu depan dibiarkannya terbuka sedikit untuk memberikan kesan seolah-olah para pembunuh itu pergi lewat pintu itu. Diikat dan disumbatnya mulut istrinya Dalam melakukan hal itu, dia menjaga untuk tidak mengulangi kesalahan yang dibuatnya dua puluh tahun yang lalu. Waktu itu longgarnya ikatan tangan telah menyebabkan komplotannya dicurigai. Tapi Nyonya Renauld diberinya instruksi untuk menceritakan kisah yang sama benar dengan yang telah direncanakannya dulu itu. Hal itu membuktikan bahwa perbuatan kita selalu bersumber pada apa yang tersimpan dalam daerah bawah sadar jiwa kita. Malam itu dingin, dan dikenakannya mantel untuk menutupi pakaian dalamnya, dengan niat untuk melemparkannya ke dalam kuburan bersama orang itu nanti. Dia keluar lewat jendela, lalu melicinkan bedeng bunga dengan cermat untuk menghilangkan jejak yang akan merupakan bukti yang memberatkan dirinya. Dia keluar ke lapangan golf yang sepi, lalu mulai menggali — tapi kemudian —"
"Ya?"
"Lalu kemudian," kata Poirot dengan serius, "hukum yang selama ini diingkarinya menindaknya. Sebuah tangan yang tak dikenal menikamnya dari belakang .... Nah, Hastings, sekarang kau mengerti apa maksudku waktu aku berbicara tentang dua macam kejahatan. Kejahatan yang pertama adalah kejahatan yang oleh Tuan Renauld, dalam keangkuhannya, telah meminta kita untuk menyelidikinya. (Tapi dalam hal itu dia telah membuat kesalahan besar! Dia menganggap remeh Hercule Poirot!) Kejahatan itu sudah kita pecahkan. Tapi di
balik kejahatan itu ada sebuah teka-teki yang lebih dalam. Dan kejahatan itu akan lebih sulit memecahkannya — karena penjahat yang cerdik itu telah berhasil menggunakan alat yang telah disiapkan oleh Tuan Renauld sendiri. Itu merupakan suatu misteri yang benar-benar mengherankan dan membingungkan untuk dipecahkan. Seorang petugas yang masih muda, seperti Giraud, yang tak mau mengaitkannya dengan psikologi, hampir pasti akan gagal."
"Kau hebat, Poirot," kataku kagum. "Benar-benar hebat. Tak seorang pun di muka bumi ini bisa, melakukannya kecuali kau!"
Kurasa pujianku menyenangkan hatinya. Sekali itu saja dalam hidupnya, dia nampak kemalu-maluan. "Oh, kalau begitu kau tidak lagi membenci Pak Tua Poirot yang malang ini? Kau beralih menjauh dari anjing pemburu dalam bentuk manusia itu?"
Istilah penamaan yang dipakainya untuk Giraud selalu membuatku tersenyum. "Kau memang jauh melebihi dia."
"Kasihan si Giraud itu," kau Poirot sambil berusaha supaya kelihatan tetap rendah hati, namun tak berhasil. "Tapi dia pasti tidak selamanya bodoh. Sekali atau dua kali dia telah mengalami kesempatan yang menyesatkan. Rambut berwarna hitam yang terlilit di pisau belati itu, umpamanya. Hal itu sekurang-kurangnya, menyesatkan."
"Terus terang, Poirot," kataku lambat-lambat, "sampai sekarang pun aku belum mengerti betul — rambut siapa itu?"
"Rambut Nyonya Renauld tentu. Itulah contoh sesuatu yang menyesatkan. Rambutnya, yang semula berwarna hitam, sudah hampir seluruhnya beruban. Mungkin saja rambut itu berwarna kelabu — lalu Giraud memaksa dirinya untuk percaya bahwa rambut itu berasal dari kepala Jack Renauld! Tapi semuanya itu sama saja. Kenyataan selalu harus diputarbalikkan untuk disesuaikan dengan teorinya! Tidakkah Giraud menemukan bekas jejak dua orang, seorang pria dan seorang wanita, di gudang? Lalu bagaimana kaitannya dengan rekonstruksi perkara itu? Dengar kataku ini — tak ada kaitannya, maka kita tidak akan mendengar apa-apa lagi tentang bekas — itu! Coba jawab, apakah itu cara kerja yang baik? Giraud yang hebat! Giraud yang hebat itu tak lain dari sebuah balon mainan — yang membesar karena merasa dirinya penting. Tapi aku, Hercule Poirot, yang dibencinya, akan merupakan jarum kecil yang akan menusuk balon yang besar itu — yah begitulah!" Dan dia menggerakkan tangannya untuk memberi tekanan pada kata-katanya itu.
Kemudian setelah agak tenang, dia melanjutkan, "Nanti, bila Nyonya Renauld sudah sembuh, dia pasti akan mau berbicara. Dia tak pernah menduga kemungkinan putranya akan dituduh melakukan pembunuhan itu. Bagaimana mungkin, karena dia menyangka anak muda itu sudah aman berada di laut di kapal Anzoraf. Ah! Lihatlah wanita itu, Hastings. Betapa kuatnya, betapa besarnya kemampuannya mengendalikan dirinya! Hanya satu kali dia tergelincir. Yaitu waktu anak muda itu kembali tanpa disangkanya: 'Sudah tak apa-apa lagi sekarang' Dan tak seorang pun tahu — tak seorang pun menyadari betapa jelasnya kata-kata itu. Berat sekali peran yang harus dimainkan wanita malang itu. Bayangkan betapa besar sehok-nya, waktu dia pergi untuk mengenali mayat itu, dan yang dilihatnya bukanlah apa yang diharapkannya, melainkan tubuh suaminya yang benar-benar telah tak bernyawa lagi. Padahal disangkanya suaminya itu sudah berada bermil-mil jauhnya sekarang. Tak heran kalau dia sampai pingsan! Tapi sejak itu, tanpa mempedulikan kesedihannya dan keputusasaannya sendiri, dia tetap memainkan perannya, dan betapa tersiksanya dia oleh pukulan itu. Dia tak bisa mengatakan apa-apa untuk menuntun kita ke jalan yang benar dalam usaha kita mencari pembunuh yang sebenarnya. Demi kebaikan putranya, tak seorang pun boleh tahu  bahwa Paul Renauld adalah Georges Conneau, si penjahat. Satu lagi pukulan yang paling pahit, yang terakhir, ialah pengakuannya di hadapan umum bahwa Nyonya Daubreuil itu adalah bekas kekasih gelap suaminya -— karena usaha pemerasan akan sangat besar bahayanya akan bocornya rahasia mereka. Betapa pandainya dia berhadapan dengan Hakim Pemeriksa waktu pejabat itu bertanya padanya apakah ada suatu misteri dalam hidup masa lalu suaminya. 'Saya yakin, tak ada sesuatu yang misterius, Pak hakim.' Sangat sempurna nada bicaranya yang berpura-pura sedih. Tuan Hautet segera merasa dirinya goblok dan ikut sedih. Ya, dia memang wanita yang hebat. Bila dia mencintai seseorang, biar dia seorang penjahat sekalipun, maka dia mencintainya dengan sepenuh hati!" Poirot tenggelam dalam renungan.
"Satu hal lagi, Poirot, bagaimana dengan potongan pipa dan timah hitam itu?"
"Tidakkah kau mengerti? Tentu untuk merusak wajah si korban supaya tak dapat dikenali. Itulah yang pertama-tama menuntunku ke jalan yang benar. Sedang si Giraud goblok itu, melewati benda itu begitu saja untuk mencari puntung-puntung korek api! Tidakkah kukatakan padamu, bahwa suatu barang petunjuk yang dua kaki panjangnya sama benar manfaatnya dengan yang panjangnya hanya dua inci?"
"Yah, Giraud tidak akan bisa menyombong lagi," kataku cepat-cepat untuk mengalihkan pembicaraan dari kekuranganku sendiri.
"Begitukah? Bila dia telah menemukan orang yang benar dengan cara yang salah, dia tetap tidak akan mau menyusahkan dirinya."
"Masakan —" aku terhenti, karena aku menyadati arah pembicaraan yang baru.
"Kau harus tahu, Hastings, kita sekarang harus mulai dari awa! lagi. Siapa yang membunuh Tuan Renauld? Seseorang yang berada di dekat villa, tak lama sebelum pukul dua belas malam itu. Seseorang yang akan mendapatkan keuntungan dengan kematian Tuan Renauld—gambarannya tepat benar dengan Jack Renauld. Kejahatan itu tak perlu direncanakan lagi. Lalu pisau belati itu!"
Aku terkejut aku tidak mengingat hal itu.
"Tentu," kataku. "Pisau belati yang kedua yang kita temukan di tubuh gelandangan itu adalah milik Nyonya Renauld. Kalau begitu ada dua buah pisau belati"
"Tentu, dan karena keduanya sama benar bentuknya, jelas bahwa Jack Renauldlah pemiliknya. Tapi itu tidak terlalu memusingkan ku. Aku sebenarnya punya gagasan kecil mengenai hal itu. Tidak, tuduhan yang paling besar terhadap dirinya sekali lagi adalah — sifat keturunannya, mon ami, sifat keturunannya! Bagaimana ayahnya, begitulah anaknya — jadi setelah semua kita bahas dan kita jalankan, nyata bahwa Jack Renauld adalah putra Georges Conneau."
Nada bicaranya serius dan bersungguh-sungguh, dan mau rak mau aku pun terkesan.
"Apa gagasanmu tentang apa yang kaukatakan tadi itu?" tanyaku. Sebagai jawaban, Poirot melihat ke arlojinya yang berbentuk lobak, lalu bertanya, "Pukul berapa kapal petang berangkat dari Calais?"
"Kurasa kira-kira pukul lima,"
"Tepat sekati. Kita masih ada waktu."
"Akan pergi ke Inggriskah kau?"
"Ya, Sahabatku."
"Untuk apa?"
"Untuk menemukan seseorang yang mungkin bisa dijadikan saksi."
"Siapa?"
Dengan senyum yang aneh di wajahnya, Poirot menjawab, "Nona Belia Duveen."
"Tapi bagaimana kau akan bisa menemukannya — apa yang kauketahui tentang dia?"
"Aku tak tahu apa-apa tentang dia — tapi aku bisa menerka dengan baik. Kita anggap saja bahwa namanya memang Belia Duveen, dan karena nama itu rasa - rasanya dikenal oleh Tuan Stonor, meskipun agaknya tidak sehubungan dengan keluarga Renauld, maka mungkin sekali bahwa dia orang panggung. Jack Renauld adalah anak muda yang banyak uangnya, dan umurnya baru dua puluh tahun. Pasti panggung merupakan tempatnya pertama kali menemukan kekasihnya. Aku beranggapan begitu, juga karena Tuan Renauld telah mencoba menyuapnya dengan cek. Kurasa aku akan bisa menemukannya — terutama dengan bantuan ini."
Lalu dikeluarkannya foto yang kulihat diambilnya dari laci Jack Renauld. Di sudut foto itu tertulis kata-kata, With love from Bella , Tapi bukan kata-kata itu yang membuat mataku terpana. Persamaannya memang kurang sempurna, narnun rasanya aku tak salah lagi. Aku merasa diriku tenggelam, aku seolah-olah dilanda badai hebat.
Wajah itu adalah wajah Cinderella.


0 comments:

Post a Comment