BAB SEPULUH
GABRIEL STONOR
Laki - laki
yang memasuki ruangan itu adalah orang yang segera menarik perhatian. Tubuhnya
yang jangkung, dengan bobot yang bagus potongannya, serta wajah dan leher yang
cukup banyak mendapat sinar matahari, melebihi semua orang yang berkumpul dalam
ruang itu. Bahkan Giraud pun tak berarti di sampingnya.
Setelah aku
mengenalnya lebih baik, kusadari bahwa Gabriel Stonor mempunyai kepribadian
yangn istimewa. Dia kelahiran Inggris, tapi sudah bepergian ke mana-mana di seluruh
dunia. Dia pernah berburu binatang-binatang besar di Afrika, pernah
mengusahakan tanah pertanian di California, dan berdagang di Kepulauan Laut
Selatan. Dia pernah menjadi sekretaris seorang jutawan kereta api di New York,
dan pernah pula berkemah di padang pasir bersama suatu suku bangsa yang baik
selama setahun. Dengan mata yang terlatih dia bisa mengenali Tuan Hautet.
"Anda
Hakim Pemeriksa dalam perkara ini? Selamat bertemu, Pak Hakim. Mengerikan
sekali perkara ini. Bagaimana Nyonya Renauld? Bisakah beliau menanggung semua
ini dengan baik? Dia tentu mengalami shock yang hebat."
"Ya, hebat
sekali," kata Tuan Hautet. "Saya perkenalkan, Tuan Bex — komisaris
polisi kami, Tuan Giraud dari Dinas Rahasia. Tuan ini adalah Hercule Poirot.
Tuan Renauld telah memintanya datang, tapi beliau datang terlambat untuk
mencegah kejadian itu. Ini sahabat Tuan Poirot, Kapten Hastings,"
Stonor melibat
pada Poirot dengan penuh perhatian. "Meminta Anda datang rupanya beliau,
ya?"
"Jadi Anda
tak tahu bahwamTuan Renauld telah memanggil seorang detektif?" sela Tuan
Bex.
"Tidak. Tapi
saya sama sekali tak heran."
"Mengapa?"
"Karena
orang tua itu kebingungan! Saya tak tahu apa yang dibingungkannya. Dia tidak
menceritakannya pada saya. Hubungan kami belum sebegitu jauh. Tapi beliau jelas
kebingungan — hebat sekali!"
"Ha!"
kata Tuan Hautet. "Tapi Anda tak tahu apa sebabnya?"
"Sudah
saya katakan, tidak."
"Maaf,
Tuan Stonor, tapi kami harus mulai dengan beberapa formalitas. Nama Anda?"
"Gabriel
Stonor."
"Sudah
berapa lama Anda menjadi sekretaris Tuan Renauld?"
"Sudah dua
tahun, sejak beliau mula-mula tiba dari Amerika Selatan. Saya bertemu dengan
beliau melalui seorang teman saya yang juga kenal padanya, dan beliau menawari
saya pekerjaan ini. Beliau bos yang benar-benar baik."
"Apakah dia
banyak bercerita tentang hidupnya di Amerika Selatan?"
"Ya,
banyak.
"Tahukah
Anda bahwa dia pernah tinggal di Santiago?"
"Saya rasa
telah beberapa kali beliau ke sana."
"Tak
pernahkah dia bercerita tentang suatu kejadian khusus yang terjadi di sana — sesuatu
yang mungkin menimbulkan permusuhan terhadap dirinya? "
"Tak
pernah."
"Adakah
dia pernah mengatakan sesuatu tentang suatu rahasia?"
"Seingat
saya tidak. Tapi, memang ada suatu misteri pada dirinya. Beliau tak pernah
bercerita tentang masa kecilnya, umpamanya, atau mengenai kejadian-kejadian
sebelum dia berangkat ke Amerik Selatan. Saya rasa dia orang Kanada keturunan
Prancis, tapi saya tak pernah mendengar dia berbicara tentang kehidupannya di
Kanada. Dia memang bisa menutup
mulut rapat-rapat seperti kerang"
"Jadi
sepanjang pengetahuan Anda, dia tak punya musuh? Lalu tak dapatkah Anda memberi
kami petunjuk mengenai suatu rahasia yang membuatnya sampai terbunuh, karena
orang ingin mendapatkan nya?"
"Tak bisa"
"Tuan
Stonor, pernahkah Anda mendengar nama Duveen yang punya hubungan dengan Tuan
Renauld?"
"Duveen.
Duveen." Dia mencoba mengingat-ingat nama itu. "Rasanya tak pernah.
Tapi rasanya saya pernah mendengar nama itu."
"Kenalkah
Anda seorang wanita, seorang teman Tuan Renauld, yang nama awalnya Belia"
Tuan Stonor menggeleng lagi.
"Bella
Duveen? Apakah itu nama lengkapnya? Aneh sekali! Saya yakin saya tahu nama itu.
Tapi pada saat ini, saya tak ingat dalam hubungan apa."
Hakim mendehem.
"Ketahuilah, Tuan Stonor. Harap Anda tidak menyembunyikan apa-apa. Mungkin
Anda, dengan mempertimbangkan perasaan Nyonya Renauld — yang saya dengar amat
Anda hormati dan sayangi, Anda mungkin — yah!" kata Tuan Hautet. yang
kata-katanya jadi kacau, "pokoknya sama sekali tak ada yang boleh
disembunyikan."
Stonor memandanginya
dengan mata terbelalak, lalu matanya membayangkan bahwa dia mulai mengerti.
"Saya
kurang mengerti," katanya dengan halus. "Apa hubungannya dengan
Nyonya Renauld ? Saya sangat menghormati dan menyayangi wanita itu, beliau
orang yang hebat dan istimewa, tapi saya tak mengerti, bagaimana keterbukaan
saya dalam perkara ini atau tertutupnya saya, mempengaruhi beliau?"
"Tak ada
hubungannya, kecuali kalau Belia Duveen itu lebih dari sekadar sahabat bagi
suaminya."
"Oh!"
kata Stonor. "Sekarang saya mengerti. Tapi saya berani mempertaruhkan uang
saya sampai sen yang terakhir, bahwa Anda keliru. Pria tua itu menoleh saja pun
tak mau pada perempuan lain. Dia memuja istrinya sendiri. Merekalah pasangan
yang paling mesra yang pernah saya lihat."
Tuan Hautet
menggeleng perlahan-lahan.
"Tuan
Stonor, kami ada bukti jelas — sepucuk surat cinta yang ditulis oleh Belia pada
Tuan Renauld. Dalam surat itu dia menuduh bahwa laki-laki itu telah bosan
padanya. Apa lagi, kami ada lagi buku, bahwa pada saat kematiannya, dia sedang
punya hubungan gelap dengan seorang wanita Prancis, yang bernam Nyonya
Daubreuil, yang menyewa villa di sebelah situ. Itulah laki-laki yang menurut
Anda tak pernah menoleh pada perempuan lain!"
Sekretaris itu
menyipitkan matanya. "Tunggu sebentar, Pak Hakim. Anda sedang menelanjangi
orang yang salah. Saya kenal betul Paul Renauld. Apa yang Anda katakan itu
semuanya tak mungkin. Pasti ada penjelasan lain. Hakim itu mengangkat bahunya.
"Apa
penjelasan lain itu?"
"Apa yang
membuat Anda menduga bahwa itu adalah peristiwa cinta?"
"Nyonya Daubreuil
punya kebiasaan mendatangi laki-laki itu malam hari. Juga, sejak Tuan Renauld
tinggal di Villa Genevieve, Nyonya Daubreuil telah menyetorkan banyak uang
tunai. Jumlahnya mencapai empat ribu dalam mata uang pound Anda."
"Itu
memang benar," kata Stonor dengan tenang.
"Saya
sendiri yang mengirimkan uang itu atas permintaannya. Tapi ini bukan hubungan
gelap."
"Ah!
Tuhanku! Lalu hubungan apa?"
"Pemerasan,"
kata Stonor tajam, sambil menepuk meja kuat-kuat. "Itulah persoalannya."
"Ah! Itu
pendapat baru" seru Hakim. Mau tak mau dia merasa terguncang.
"Pemerasan,"
ulang Stonor. "Orang tua itu diperas habis-habisan — jumlahnya besar
sekali. Empat ribu pound dalam beberapa bulan. Huh! Sudah saya katakan bahwa
Tuan Renauld itu diselubungi misteri. Agaknya Nyonya Daubreuil tahu betul itu
dan memanfaatkannya dengan baik."
"Itu memang
mungkin," teriak Komisaris dengan bersemangat. "Itu pasti masuk akal."
"Mungkin?"
geram Stonor. "Itu sudah jelas! Sudahkah Anda tanyai Nyonya Renauld
mengenai gagasan soal cinta Anda itu?"
"Belum.
Kami tak ingin menimbulkan kesedihan hatinya kalau hal itu bisa dicegah."
"Kesedihan?
Ah, dia hanya akan menertawakan Anda. Saya ulangi, beliau dan Tuan Renauld
adalah pasangan abadi."
"Ah, hal
itu mengingatkan saya pada suatu hal lain," kata Tuan Hautet.
"Apakah
Tuan Renauld pernah mengatakan pada Anda, bahwa dia telah mengubah surat
wasiatnya?"
"Saya tahu
semua — saya yang membawanya ke pengacaranya setelah dibuatnya. Kalau Anda
ingin melihatnya, saya bisa memberitahukan nama pengacaranya. Mereka yang
menyimpannya. Surat wasiat itu sederhana sekali. Separuh diserahkannya pada
istrinya untuk selama hidupnya, yang separuh lagi untuk putranya. Masih ada
beberapa peninggalan lain. Kalau tak salah saya ditinggalinya beberapa
ribu."
"Kapan
surat wasiat itu dibuat?"
"Kira-kira
satu setengah tahun yang lalu."
"Apakah
Anda akan terkejut sekali, Tuan Stonor, bila Anda mendengar bahwa Tuan Renauld telah membuat surat wasiat baru,
kurang dari dua minggu yang lalu?"
Stonor
kelihatan sangat terkejut.
"Saya tak
tahu. Bagaimana bunyinya?"
"Seluruh
kekayaannya yang banyak itu diwaris kannya, tanpa sisa, pada istrinya. Tak ada
disebut – sebut tentang putranya."
Tuan Stonor bersiul panjang. "Itu jelas sangat
merugikan anak muda itu. Ibunya sangat memujanya, tapi bagi dunia luar
kelihatannya ayahnya kurang menaruh kepercayaan padanya. Hal itu tentu akan
merupakan sesuatu yang pahit bagi harga dirinya. Namun, hal itu semua
membuktikan kebenaran kata-kata saya tadi, yaitu bahwa hubungan Tuan Renauld
dengan istrinya mesra sekali."
"Memang
benar," kata Tuan Hautet.
"Mungkin
kita akan harus mengubah jalan pikiran kita mengenai beberapa hal. Kami sudah mengirim
telegram ke Santiago, dan jawabannya kami harapkan akan datang setiap saat.
Dengan demikian mungkin semuanya akan menjadi jelas, dan bisa dipahami.
Sebaliknya, bila dugaan Anda mengenai 'pemerasan' itu memang benar, maka Nyonya
Daubreuil seharusnya bisa memberi kita informasi yang berharga."
Poirot bertanya,
"Tuan Stonor, apakah Masters, supir yang berkebangsaan Inggris itu, sudah
lama bekerja pada Tuan Renauld?"
"Setahun
lebih."
"Tahukah
Anda, apakah dia pernah tinggal di Amerika Selatan?"
"Saya tahu
betul, tak pernah. Sebelum bekerja pada Tuan Renauld, selama bertahun - tahun
dia bekerja pada orang di Gloucestershire yang saya kenal baik."
"Jelasnya,
bisakah Anda menjawab atas namanya, bahwa dia tak perlu dicurigai?"
"Pasti."
Poirot
kelihatan agak kecewa. Sementara itu Hakim telah memanggil Marchaud.
"Sampaikan
salamku pada Nyonya Renauld, katakan bahwa aku ingin berbicara dengan beliau
sebentar. Katakan padanya supaya tak usah bersusah payah. Aku akan menjumpainya
sendiri di atas."
Marchaud
memberi salam lalu pergi. Kami menunggu beberapa menit, lalu kami terkejut
waktu pintu terbuka, karena yang masuk adalah Nyonya Renauld yang pucat pasi
Tuan Hautet membawakannya kursi, sambil tak sudah – sudahnya meminta
maaf, dan wanita itu mengucapkan terima kasih dengan tersenyum. Tangannya yang
sebelah dipegang Stonor dengan sikap sopan sekali. Pria itu agaknya tak bisa
mengucapkan sepatah kata pun. Nyonya Renauld menoleh pada Tuan Hautet.
"Anda
ingin menanyakan sesuatu pada saya, Tuan Hakim?"
"Dengan
izin Anda, Nyonya. Saya dengar, suami Anda adalah orang Kanada keturunan
Prancis. Dapatkah Anda menceritakan sesuatu rentang master mudanya, atau
pendidikannya?"
Wanita itu
menggeleng.
"Suami
saya selalu tertutup mengenai dirinya, Tuan. Saya rasa masa kanak kanaknya
tidak bahagia karena dia tak pernah mau membicarakan tentang masa itu. Kami
menjalani hidup ini semata mata atas dasar masa kini dan masa depan."
"Adakah
sesuatu yang misterius dalam hidup masa, lalunya?"
Nyonya Renauld
tersenyum kecil lalu menggeleng. "Tak ada sesuatu yang begitu romantis,
Tuan Hakim." Tuan Hakim ikut tersenyum.
"Memang,
kita memang tak boleh membiarkan diri kita menjadi terlalu romantis. Tetapi ada
satu hal lagi —" dia ragu.
Stonor cepat
menyela, "Mereka punya gagasan yang aneh, Nyonya Renauld. Mereka
membayangkan bahwa Tuan mempunyai hubungan gelap dengan seseorang yang bernama
Nyonya Daubreuil, yang katanya tinggal di sebelah sini."
Pipi Nyonya
Renauld menjadi merah tua. Dia mendongakkan kepalanya lalu menggigit bibirnya.
Wajahnya tampak bergetar. Stonor terkejut melihatnya, tetapi Tuan Bex membungkuk
lalu berkata dengan halus, "Kami menyesal menyakiti hati Anda, Nyonya,
tapi mungkinkah Anda punya alasan untuk menduga bahwa Nyonya Daubreuil adalah
kekasih
gelap suami Anda?"
Dengan terisak
sedih, Nyonya Renauld membenamkan wajahnya ke dalam tangannva. Bahunya
terangkat tegang. Akhirnya diangkatnya kepalanya, dan berkata terputus-putus,
"Mungkin benar."
Tak pernah aku
melihat orang yang demikian hebat tercengangnya seperti Stonor. Dia benar-benar
terpana.
Lanjut ke BAB SEBELAS
0 comments:
Post a Comment